Pernahkan kita mengalami dalam situasi pekerjaan yang membosankan namun situasi tersebut membuat kita merasakan melelahkan. Terutama saat pandemi dan bagi yang memasuki usia 50 tahunan, tentang 'perasaan stagnasi dan kehampaan'.
Jika jawabannya ya, maka situasi ini memberikan kelegaan saat mengetahui ada juga yang memiliki pengalaman yang sama. Jadi ini semacam penghiburan saat menyadari bahwa kita tidak sendirian mengalaminya.
Namun adakah cara bagi kita keluar dari situasi itu, yang mampu membuat kita merasa termotivasi, dan melepaskan diri kita yang sedang lesu dan merasa lelah secara emosional, fisik, sosial atau spiritual.
Tentu saja ada, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah istirahat. Namun pada titik tertentu, istirahat menciptakan kelambanan. Saat bangun tidur, pikiran dan tubuh kita sudah pulih sebagaimana mestinya, namun kita masih merasa tidak enak. Jika ini dibiarkan, ini adalah kondisi bisa dikatakan depresi temporer, yang bisa membuat suasan hati negatif yang mendorong kearah apatis.
Pada titik ini, banyak orang dapat memperoleh manfaat dari penerapan konsep psikologis yang disebut aktivasi perilaku.
Aktivitas perilaku disini bukan tentang mencoba berpikir positif, sebuah mantra yang menjadi pilar gerakan harga diri abad lalu, seperti yang dikemukakan oleh buku-buku terlaris seperti “The Power of Positive Thinking” tahun 1952.
Ada hal yang salah disana, bahwa jika Anda hanya memikirkan pikiran-pikiran positif dan menekan pikiran-pikiran negatif, Anda akan memperoleh kesehatan, kekayaan, dan kebahagiaan.
Bahkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi tersebut sering kali menjadi bumerang: Semakin Anda mencoba mengubah perasaan Anda, kemungkinan besar Anda akan semakin terjebak dalam suasana hati saat ini. Sebanyak yang Anda inginkan, Anda tidak dapat mengendalikan pikiran atau perasaan Anda.
Tantangan dalam aktivasi perilaku adalah mengumpulkan energi yang cukup untuk mulai bertindak berdasarkan hal-hal yang penting bagi Anda, Anda bisa menyusun agenda kerja harian, misalkan dengan menelepon, menjadwalkan jalan-jalan bersama teman, menulis email, keluar dari media sosial, dan memulai proyek kreatif kecil yang selama ini Anda tunda. Ini mungkin terlihat sederhana, ketika Anda sedang merana, yang sederhana itu bukan berarti mudah.
Namun perubahan pola pikir bisa menjadi alat yang ampuh. Saat Anda merasa sedih, tidak termotivasi, atau apatis, Anda boleh membiarkan diri Anda merasakan perasaan tersebut namun tidak terus memikirkannya atau menganggapnya sebagai takdir.
Sebaliknya, Anda mengalihkan fokus untuk memulai dengan apa yang telah Anda rencanakan di depan Anda, membawa perasaan Anda, apa pun itu, sepanjang perjalanan. Melakukan hal itu memberi Anda peluang terbaik untuk meningkatkan suasana hati Anda.
Akan sangat membantu jika kita menganggap semangat awal ini sebagai energi aktivasi. Terkadang kita membutuhkan lebih banyak, dan terkadang kita membutuhkan lebih sedikit. Bahkan mungkin bagi sebagian besar dari kita, hal-hal kecil pun memerlukan lebih banyak dan itu tidak masalah. Karena Tidak akan selamanya seperti ini.
Malah, semakin banyak kita bergerak, semakin mudah jadinya. Sama seperti istirahat dan kelesuan dapat menciptakan kelambanan yang timbul dengan sendirinya, tindakan dan energi dapat memperkuat diri sendiri, gerakan terjaga lebih fleksible dan dinamis.
Hanya diperlukan kerja ekstra untuk mengatasi statis dan gesekan awal - rasanya hukum fisika juga berlaku pada jiwa kita.
Semoga Bermanfaat.
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel TES SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel TES SMAKBO