Setiap anak memilik potensi yang sama dalam perkembangan kecerdasannya. Bukan faktor makanan yang dikonsumsi, karena apa yang dikonsumsi sebagian besarnya tidak berpengaruh menambahkan kecerdasan. Kecerdasan itu adalah hasil mengolah data external didalam otaknya, di setiap perjalanan hidupnya. Dan yang berperan besar dalam pengembangan kecerdasan anak adalah kemudian terjaganya stimulir pada diri anak untuk mengembangkan kemampuannya dan peran orang tua.
Peran orang tua hanyalah memberikan arah, memberi nilai - nilai hidup, mengajarkan mana yang pantas dan mana yang tidak, memperkenalkan hak dan kewajibannya. Dan dalam membina kebiasaan pada anak, orang tua dapat memberikan latihan disiplin dan menghargai waktu.
Untuk kebutuhan transfer ilmu yang diterima sang anak, disini orang tua harus mampu membatasi diri. Dan sering yang terjadi orang tua terlalu masuk lebih dalam terhadap pelajaran anak di Sekolahnya, menanyakan PR, memeriksa PR, membantu mengerjakan tugasnya dan lain - lain.
Apa yang dilakukan orang tua ini sekilas seperti baik, tapi ini justru akan terjadi sebaliknya, perkembangan kreativitas di selaput otaknya akan memudar akibat kesalahan orang tua dalam memperlakukan anak. Ujungnya yang menjadi harapan orang tua tinggal sepenggal harapan, tanpa pernah memberikan harapan nyata. Itu akibat kesalahan orang tua itu sendiri.
Dalam membantu perkembangan kecerdasan anak, peran orang tua, cukup dengan memasukkan ke sekolah terbaik menurut penilaian orang tua. Setelah anak mengikuti kegiatan di Sekolahnya biarkan mereka berkembang. Cukupkan kebutuhannya, tapi tidak untuk membantu berbagai tugas yang diterima anak di Sekolahnya. Setidaknya dalam hal ilmu orang tua harus mampu menempatkan diri seperti orang bodoh, bukan sebaliknya merasa diri hebat dan lebih pintar.
Orang tua yang merasa lebih pintar dari anaknya adalah malapetaka untuk meningkatkan kecerdasan anaknya sendiri. Yang paling parah, orang tua yang sudah merasa lebih pintar, memberi target - target yang tidak mungkin dicapai anaknya. Kemudian muncullah kekhawatiran berlebihan terhadap anaknya dengan pencapaian prestasi yang bakal dihasilkannya nanti.
Jadi bukan asupan nilai gizi yang menjadi faktor utama anak berprestasi, hampir sebagian besar anak yang berprestasi terlahir dari keluarga yang tidak mampu, mereka mungkin sulit untuk mencukupkan gizi, tapi mereka berhasil memberikan harapan yang terbaik untuk masa depannya.
Demikian tips mengembangkan kecerdasan anak, biarkanlah mereka mengelaborasi kemampuannya tanpa harus didikte. Saat jadi orang tua ingatlah Anda waktu kecil, sebelum anak memberlakukan apa pun terhadap anak.
Semoga ada manfaatnya.