Badan kesehatan federal Amerika Serikat pada Selasa meminta agar penggunaan vaksin COVID-19 dosis tunggal Johnson & Johnson dihentikan setelah enam penerima vaksin mengalami kelainan langka termasuk pembekuan darah.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) akan mengadakan pertemuan pada Rabu guna meninjau kasus tersebut.
Semua enam penerima vaksin adalah perempuan antara usia 18-48 tahun. Seorang perempuan meninggal dan satu lagi di Nebraska dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis, seperti dilansir New York Times, mengutip pejabat.
CDC dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) melalui pernyataan bersama mengatakan bahwa insiden buruk tampaknya sangat jarang terjadi saat ini.
Per 12 April lebih dari 6,8 juta dosis vaksin COVID-19 Johnson & Johnson telah diberikan di AS.
Saham perusahaan itu terjun bebas, turun 3 persen sebelum pembukaan perdagangan.
Permintaan dari regulator AS muncul kurang dari sepekan setelah regulator obat Eropa menyebutkan bahwa pihaknya sedang meninjau kasus pembekuan darah langka pada empat penerima vaksin di AS.
J&J mengatakan pihaknya terus bekerja sama dengan para ahli dan regulator untuk menilai data.
“Kami menyadari bahwa kejadian tromboemboli termasuk trombositopenia telah dilaporkan dengan vaksin Covid-19. Saat ini, tidak ada hubungan sebab-akibat yang jelas antara kejadian langka ini dan vaksin Janssen Covid-19,” katanya.
Seruan untuk menangguhkan peluncuran vaksin J&J karena kekhawatiran pembekuan darah mengikuti masalah serupa dengan jab Oxford / AstraZeneca.
Pengambilan gambar J&J juga disetujui di UE, di mana peluncuran dijadwalkan akan dimulai pada hari Rabu. Badan Obat Eropa, yang sedang meninjau sejumlah kasus pembekuan darah pada individu yang menerima vaksinasi J&J, tidak segera menanggapi permintaan komentar. Sejauh ini dikatakan tidak ada bukti hubungan sebab akibat.