Tuesday, February 25, 2020

Menjaga Konsentrasi Belajar Di Musim Hujan

Menjaga Konsentrasi Belajar Di Musim Hujan


Beberapa minggu terakhir cuaca sudah masuk di musim hujan. Saat masuk dipertengahan musim hujan, hujan bisa datang menjelang fajar hingga siang hari. Kemudian sore kembali turun hujan. Turunnya hujan di tengah siswa sedang aktif mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Satu yang paling ditakuti para orang tua adalah anaknya sakit karena sering kehujanan, yang menyebabkan ketinggalan mata pelajarannya. Dan itu ditakutkan akan mempengaruhi prestasinya di Sekolah.







Pada musim hujan, dua kemalasan yang sering muncul pada siswa adalah saat mau berangkat sekolah hujan turun dan saat di jam pertengahan kedua pelajarannya di Sekolah. Yang pertama malas untuk pergi karena udara terasa dingin dan yang kedua mulai diserang rasa kantuk dan kedinginan cuaca.


Namun hal ini jarang terjadi jika yang dihadapi bukan berangkat ke sekolah dan bukan pula tidak pula pelajaran sekolah. Seperti menjalankan aktivitas hobinya, misalkan membaca buku novel, olah raga, bermain games dan atau bermain tik tok dan lain sebagainya.


Hal ini terjadi karena kegiatan aktivitasnya itu tidak menyita anak untuk mengarahkan pikirannya. Sedangkan kegiatan belajar dibutuhkan daya tahan pikiran untuk tetap fokus dalam mata pelajaran yabg dihadapinya. Itulah letak perbedaannya.


Kesegaran otak berkonsentrasi pada pelajaran berkaitan erat dengan kandungan oksigen di selaput otak. Supply oksigen ke otak bukan melalu oksigen di udara melalui hidung. Tapi melalui aliran darah dalam tubuh. Tentunya dengan begitu maka agar anak dapat tetap segar dan bergairah saat mengikuti pelajarannya, maka hal yang bisa dilakukan keseimbangan asupan makanan dan minumannya;


  1. Sarapan pagi menjadi hal yang fundamental, makanan cukup karbohidrat dan protein. Porsinya lebih banyak dari pada makan siang.


  2. Makan siang dengan makanan berkuah dan sayuran, hindari makanan berkuah yang mengandung msg. Sop hangat dapat diandalkan untuk membuat badan menjadi hangat di tengah cuaca dingin.


  3. Minum yang cukup, hindari minuman bersoda dan minuman isotonik.


  4. Minum vitamin C sebagai penunjang tambahan setelah makan siang. Dan vitamin B kompleks jika tidak ada sup saat makan siang.


  5. Di sore hari dapat makan makanan yang lebih ringan, seperti mie atau roti atau kue kering. Jika ada tambahkan minuman teh hangat tanpa gula. Jika hanya teh tanpa makanan, dapat dibuatkan teh manis hangat. Hindari penggunaan jahe pada minuman bagi penderita maag.






  6. Suasana musim hujan sebetulnya suasana yang nyaman saat belajar di rumah di malam hari. Namun jangan terlalu larut belajar. Untuk menghindari belajar sampai larut malam, buatlah aktivitas di siang hari kegiatan yang banyak bergerak.


Demikian tips menjaga konsentrasi belajar di mudum penghujan.


Semoga ada manfaatnya.

Thursday, February 13, 2020

Tips Meningkatkan Kemampuan Intelenjensia Anak

Tips Meningkatkan Kemampuan Intelenjensia Anak

Tips Meningkatkan Kemampuan Intelenjensia Anak




Setiap orang tua tentunya selalu berharap anak mereka berprestasi di sekolah mulus tidak menemui masalah, dan kemudian tumbuh menjadi orang dewasa yang sangat sukses. Namun kenyataannya semua pasti berpendapat sama, ini tidak semudah yang diucapkan.




Jadi untuk meraih harapan itu tidak ada jalan yang pasti, akan tetapi upaya dapat dilakukan dengan mencoba memahami beberapa pedoman dari hadil riset yang dapat sangat meningkatkan peluang Anda melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian, ada sepuluh hal yang harus Anda lakukan untuk membesarkan anak-anak yang cerdas dan berpengetahuan luas.


  1. Mengajarkan bersosialisai dan keterampilan sosial.

    Sebuah hasil studi 20 tahun oleh para peneliti di Pennsylvania State dan Duke University menunjukkan korelasi positif antara keterampilan sosial anak-anak di taman kanak-kanak dan keberhasilan mereka di awal masa dewasa.

    Pendampingan dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya di usia 4 sampai dengan 5 tahun, Biarkan mereka saling berinteraksi saling berbagi barang dan mainan. Kemudian perhatikan saat mereka menyelesaikan masalah, ajari anak-anak Anda cara menyelesaikan masalah dengan temannya.


  2. Tidak terlalu melindungi.

    Di usia 5 sampai dengan 6, banyak orang tua (termasuk saya) mengalami kesulitan untuk mengizinkan anak-anak kita menyelesaikan masalah, misalkan ketika anak mau menyelesaikan tugas sekolah (tugas keterampilan). Kita bahkan cenderung ingin menyelesaikan tugas anak dengan sempurna. Disini apa yang kita lakukan kita telah menutup kesempatan anak menyelesaikan tantangannya.

    Gambaran hasil studi Universitas Harvard, Julie Lythcott-Haims berpendapat bahwa membiarkan anak-anak membuat kesalahan dan mengembangkan ketahanan dan sumber daya sangat penting dalam mengatur mereka untuk sukses.

    Pada kasus ini memang tidak mudah. Kita semua berhadapan dengan situasi garis tipis antara melindungi anak-anak kita dan membiarkan mereka mengatasi masalah untuk belajar dari mereka.


  3. Jangan biarkan anak-anak Anda terlibat dalam akademisi sejak dini (kemudian dorong kemandirian ketika mereka sudah lebih besar )

    Penelitian menunjukkan bahwa membaca untuk anak-anak Anda, menggambar dan mengajar mereka matematika sejak dini dapat sangat memengaruhi pencapaian di tahun-tahun berikutnya. Namun, yang terbaik adalah mulai menyapih anak-anak dari pekerjaan rumah nanti di sekolah dasar, karena membantu anak Anda dengan pekerjaan rumah benar-benar dapat menghambat perkembangan mereka.

    Orang tua harus selalu menyampaikan minat pada pihak sekolah anak-anak mereka, dan orang tua harus mampu mendorong mereka untuk mengambil alih pekerjaan mereka secara mandiri.


  4. Jangan biarkan mereka merana di depan tv

    Terlalu banyak waktu menonton identik dengan obesitas, pola tidur yang tidak teratur, dan masalah perilaku. Sebuah studi tahun 2017 oleh Greg L. West di University of Montreal mengungkapkan bahwa bermain game "penembak" dapat merusak otak, menyebabkannya kehilangan sel.

    Jadi apa yang dapat kita lakukan tentang pengasuh digital yang sangat membantu yang banyak dari kita andalkan?

    Menurut American Academy of Pediatrics, "waktu layar" hiburan harus dibatasi dua jam sehari.


  5. Tetapkan harapan yang tinggi

    Memanfaatkan data dari survei nasional, tim UCLA menemukan bahwa harapan yang dimiliki orang tua untuk anak-anak mereka memiliki pengaruh besar pada prestasi. Studi ini menemukan bahwa, pada saat mereka berusia empat tahun, hampir semua anak dalam kelompok studi berkinerja tinggi memiliki orang tua yang mengharapkan mereka untuk meraih gelar sarjana.


  6. Jangan menghabiskan terlalu banyak waktu memuji kualitas bawaan seperti kecerdasan atau penampilan. "Wow, kamu mendapat nilai A tanpa belajar? Kamu sangat pintar!"

    Sebuah penelitian di Universitas Stanford menunjukkan bahwa memuji anak-anak dengan pernyataan seperti di atas dan berfokus pada kecerdasan mereka, sebenarnya dapat menyebabkan kinerja yang buruk.

    Sebagai strategi pengasuhan alternatif, orang tua didorong untuk memberikan pujian yang berfokus pada upaya yang dikeluarkan anak-anak untuk mengatasi masalah dan tantangan dengan menunjukkan grit, kegigihan dan tekad.


  7. Membiasakan menuntaskan tugas-tugas.

    Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa pekerjaan rumah bermanfaat untuk perkembangan anak. Namun, dalam jajak pendapat Braun Research, hanya 28 persen orang tua mengatakan mereka secara rutin menugaskan tugas kepada anak-anak mereka.

    Sebuah analisis data University of Minnesota menemukan bahwa prediktor terbaik keberhasilan di masa dewasa muda adalah apakah anak-anak telah melakukan tugas-tugas semuda tiga atau empat.






  8. Jangan berhenti melakukan pembinaan

    Menurut sebuah survei oleh Common Sense Media, 28 persen remaja mengatakan orang tua mereka kecanduan perangkat mobile mereka. Studi terbaru lainnya oleh AVG menemukan bahwa 32 persen anak-anak yang disurvei merasa tidak penting ketika orang tua mereka terganggu oleh telepon mereka.

    Sebagai generasi pertama orang tua dengan akses 24/7 ke Internet, penting bagi kita untuk mengetahui kapan harus memutuskan sambungan dan fokus pada keluarga.


  9. Berusaha keras untuk rumah yang damai dan penuh kasih

    Anak-anak dalam keluarga berkonflik tinggi cenderung memiliki tarif yang lebih buruk daripada anak-anak dari orang tua yang rukun, menurut ulasan studi University of Illinois. Menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan suportif adalah pokok dari anak-anak yang sehat dan produktif.

    Jika Anda memiliki pertengkaran dengan pasangan, disarankan untuk membuat model pertarungan yang adil, penetapan batas, dan fokus pada rekonsiliasi dan resolusi.


  10. Jangan terlalu keras (atau terlalu lembut)

    Diana Baumrind, dalam studinya yang pertama pada tahun 1966, membedakan antara orang tua yang otoriter (sangat ketat), permisif (sangat lunak), dan otoritatif (sama-sama disiplin dan penuh kasih).

    Singkatnya, orang tua otoriter terlalu keras, orang tua permisif terlalu lunak, dan otoritatif tepat.

    Ketika seorang anak mencontoh orang tua otoritatif mereka, mereka belajar keterampilan pengaturan emosi dan pemahaman sosial yang sangat penting untuk kesuksesan.


Demikian tips meningkatkan kecerdasan anak dalam pendidikan dan bimbingan selama masa pertumbuhannya.


Semoga ada manfaatnya.